Untuk Pertama kalinya Industri Pertahanan Dalam Negeri Berhasil Melaksanakan Uji Coba Kapal Selam

PT PAL Indonesia (Persero) berhasil melaksanakan tahapan First Trimming Test Kapal Selam Alugoro pada  24 Oktober 2019 di dermaga kapal selam PT PAL Indonesia (Persero). Tahapan ini sangat penting untuk menguji keseimbangan kapal selam baik di permukaan maupun di bawah permukaan. Kapal Selam Alugoro berhasil memenuhi syarat kestabilan di permukaan dan pada saat menyelam. Tes ini membutuhkan kondisi perairan yang tenang dan memiliki kedalaman antara 15 hingga 18 meter.

Keberhasilan tahapan First Trimming Test Kapal Selam Alugoro merupakan pengalaman pertama di Indonesia, mengingat Kapal Selam Alugoro merupakan kapal selam pertama karya anak bangsa yang dibangun di PT PAL Indonesia (Persero), kegiatan ini dilaksanakan satu kali selama daur hidup kapal selam yang merupakan tes pertama untuk menyelam sebelum dilakukan tes di laut lepas. Kapal Selam Alugoro masih harus menjalani beberapa tahapan tes lain seperti Sea Acceptance Test (SAT) atau tes berlayar di perairan terbuka hingga tahapan Final Completion, sebelum akhirnya dapat beroperasi penuh (Comissioning).

Pembangunan Kapal Selam Alugoro merupakan investasi jangka panjang negara untuk memiliki penguasaan teknologi tertinggi alutsista laut yaitu kapal selam, investasi yang akan menjadi legasi kepada generasi penerus bangsa. Tidak hanya penguasaan teknologi, PT PAL Indonesia (Persero) juga dituntut untuk memiliki kemampuan membangun kapal selam karya anak bangsa. Pada tahapan ini, PT PAL Indonesia (Persero) membuktikan diri mampu menjawab tantangan tersebut dengan produksi Kapal Selam Alugoro dan kapal selam-kapal selam berikutnya.

BUMN memiliki tugas sebagai agent of change Negara yaitu tidak semata-mata menjalankan proses bisnis, namun juga menjadi aktor penggerak perubahan dan pembangunan bagi bangsa. Kinerja BUMN khususnya industri strategis, mendapatkan perhatian karena instruksi Presiden melalui MenteriPertahanan bahwasanya kemandirian industri pertahanan harus segera terealisasi sejalan dengan pemenuhan Minimum Essential Forces (MEF) TNI. PT PAL Indonesia (Persero) sebagai salah satu BUMN industri pertahanan dan sekaligus lead integrator sesuai dengan amanah UU No. 16 tahun 2012 (Pasal 11) dan Keputusan Komite Kebijakan Industr iPertahanan (KKIP) No.13/2013 ditunjuk sebagai Lead Integrator Alutsista Matra Laut (Kapal Kombatan).

Kinerja PT PAL Indonesia (Persero) meningkat secara signifikan dalam kurun waktu tiga tahun terakhir.  Hal ini ditunjukan dengan kenaikan dalam perolehan order atau kontrak yang tercatat di tahun 2016 sebesar Rp1,1 Triliun, meningkat menjadi Rp2,2 Triliun di tahun 2017 dan Rp4,1 Triliun di tahun 2018, serta sampai saat ini (November 2019) berhasil membukukan kontrak di angka Rp8,7 Triliun. Hal ini menunjukan keseriusan dan komitmen manajemen dalam pemenuhan on quality, on time, dan right price terhadap produk dan jasa perusahaan. Keberhasilan tersebut ditunjang dengan strategi pengembangan produk unggulan dan pasar yang lebih berorientasi pada customer, serta dukungan restrukturisasi di bidang finansial dan teknologi informasi. Disamping itu, manajemen juga secara aktif merevitalisasi sarana dan prasarana, serta melakukan transformasi di bidang human capital.

Keberhasilan pembukuan kontrak berimbas pada kenaikan sales perusahaan. Akhir tahun 2016 tercatat sales sebesar Rp683 Miliar, meningkat dua kali lipat menjadi Rp1.250 Miliar pada tahun 2017, dan kembali naik menjadi Rp1.582 Miliar pada akhir tahun 2018. Kenaikan perolehan kontrak tersebut di atas juga berdampak positif pada menguatnya kondisi cash flow perusahaan yang diproyeksikan sebesar Rp906,5 Miliar pada akhir tahun 2019.  Proyeksi cash flow ke depan menunjukan likuiditas yang sangat baik, hal ini terlihat dari aliran kas yang diterima oleh perusahaan saat ini dan proyeksi 5 tahun kedepan menampilkan angka positif. Hal tersebut menunjukan bahwa perusahaan mampu untuk membiayai kebutuhan operasional perusahaan, pembayaran pinjaman jangka pendek, dan pinjaman jangka panjang.

Sebagai perusahaan yang sahamnya 100% dimiliki oleh negara, PT PAL Indonesia (Persero) harus membukukan keuntungan disamping berperan sebagai agent of development. Kinerja PT PAL Indonesia (Persero) terpantau membukukan kerugian akibat beban masa lalu, di tahun 2017 sebesar Rp45,3 Miliar dan meningkat menjadi Rp304,1 Miliar di tahun 2018. Hal tersebut terjadi sama sekali bukan disebabkan oleh operasional perusahaan, namun kerugian itu dipengaruhi oleh beban bunga pinjaman restrukturisasi yang diakibatkan oleh pinjaman di tahun 2005 hingga 2010, dimana pembiayaan tersebut menjadi bermasalah akibat proyek terminasi pada kontrak kapal yang diperoleh diantara tahun tersebut. Adapun terminasi terjadi dikarenakan masalah eksternal diluar kontrol PT PAL Indonesia (Persero) seperti naiknya harga bahan baku baja dunia pada tahun 2008, serta kerugian yang disebabkan beban pajak tangguhan. Beban bunga pinjaman yang harus ditanggung rata rata mencapai Rp82 Miliar per tahun, sedangkan pajak tangguhan akibat rugi fiskal yang harus dibuku rata rata sekitar Rp58 Miliar per tahun selama tiga tahun terakhir sebagai penangguhan pajak pada periode 5 tahun yang lalu yang jatuh tempo saat ini. Khusus untuk tahun 2018, kontribusi terbesar adalah kerugian kurs bersih senilai Rp136 Miliar akibat pelemahan nilai tukar Rupiah.

Untuk kinerja PT PAL Indonesia (Persero) di akhir tahun 2019 (prognosa), kerugian tahun berjalan diproyeksikan dapat ditekan menjadi Rp26,3 miliar dari Rp304,1 miliar. Bahkan diluar beban-beban non operasional diatas, laba usaha sejak tahun 2017 menunjukkan hasil yang positif, dan diproyeksikan mencapai Rp26,0 Miliar pada akhir tahun 2019.

Pencapaian PT PAL Indonesia (Persero) sebagai perusahaan konstruksi di bidang industri maritim dan energi berkelas dunia menunjukan tren yang positif dengan diperolehnya beberapa kontrak baru. PT PAL Indonesia (Persero) memiliki kapabilitas membangun berbagai jenis kapal perang kombatan antara lain kapal cepat rudal, offshore patrol vessellight frigate, kapal selam, landing platform dock, kapal bantu rumah sakit, dan pembangkitl istrik terapung/BMPP serta bangunan lepas pantai/offshore platform.

Berdasarkan penjelasan dan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa perusahaan memiliki kelangsungan usaha (going concern) yang sangat baik termasuk pada pergerakan laba usaha yang meningkat, sehingga memberikan jaminan bahwa perusahaan mampu membiayai pelaksanaan proyek dengan baik dan menyelesaikan tepat waktu dan tepat mutu.