Rilis yang dikeluarkan oleh Kementerian Keuangan terhadap beberapa BUMN menunjukan Z score yang rendah, salah satunya adalah PT PAL Indonesia (Persero). Pada rilis tersebut disebutkan indeks Z score PT PAL Indonesia (Persero) sebesar -0,1.
Terdapat beberapa penyebab rendahnya nilai Z score PT PAL Indonesia (Persero). Z score sebuah perusahaan dipengaruhi oleh 4 rasio yaitu : T1 (Working Capital to Total Asset); T2 (Retained Earnings to Total Asset); T3 (EBIT to Total Assets); T4 (Nilai saham terhadap total utang). Penyebab skor menjadi negatif adalah T2 dan T3. Retained earnings negatif dikarenakan akumulasi kerugian dari proyek terminasi di masa lalu (tahun 2006), yaitu pesanan kapal chemical tanker dari pihak swasta di Italia dan Jerman. Permasalahannya adalah proyek tersebut didanai dengan kredit perbankan yg diantaranya dalam bentuk US Dollar. Akibat proyek macet tersebut maka kredit direstrukturisasi hingga saat ini, berdampak pada beban angsuran pokok dan bunga yang harus ditanggung oleh perusahaan hingga saat ini.
Pinjaman restrukturisasi dalam US Dollar tersebut pada tahun 2018 menyebabkan kerugian kurs yang sangat signifikan. Dampaknya angka Earnings Before Interest and Tax (EBIT) juga terkena tekanan, sehingga rasio EBIT to Total Asset yang menjadi perhitungan dalam Z scores juga menjadi sangat rendah.
Namun di sisi lain sejak tahun 2017 perolehan proyek atau booked order meningkat tajam, sehingga sales juga naik 2 kali lipat dibanding tahun 2016 yaitu sebesar Rp.1.250 Miliar dan kembali meningkat menjadi Rp1.582 Miliar di tahun 2018. Pencapaian ini diproyeksikan akan semakin meningkat di tahun-tahun depan. Dampak positifnya adalah cashflow operasional terjaga positif.
Kinerja proyek selama tiga tahun terakhir (2017-2019) relatif bagus, hal ini tercermin dari gross profit margin (laba kotor terhadap sales) tercatat di atas 10%. Kemampuan dalam membiayai operasional juga terjaga dengan baik, hal ini terlihat dari operating profit margin (laba usaha terhadap sales) tercatat masih positif. Namun setelah menanggung beban lain-lain (termasuk di dalamnya ada kerugian kurs, beban keuangan, dan beban non operasional lainnya), maka net profit margin (laba bersih terhadap sales) mulai tercatat negatif. Diharapkan dengan strategi yang fokus pada industri pertahanan dan energi, tahun 2020 PT PAL Indonesia (Persero) mampu membuku laba tahun berjalan yang positif.
Sementara itu Penyertaan Modal Negara atau PMN selain untuk penguatan modal, lebih diutamakan untuk peningkatan fasilitas workshop kapal selam agar mampu untuk mencapai whole local production (WHP). Sesuai dengan kebijakan kemandirian industri pertahanan nasional, dimana sesuai UU 16/2012 PT PAL Indonesia (Persero) adalah lead integrator untuk Matra Laut, khususnya kapal kombatan atau kapal perang.